Oleh Al Ustadz Drs H Abdul Rahim Thabrani MPd
Ibadah haji merupakan satu-satunya ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya hanya diwajibkan satu kali dalam seumur hidup bagi yang telah mampu melaksanakannya. Karena ibadah haji sangat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Dalam pelaksanaan ibadah haji, di samping persiapan fisik dan mental yang terbaik, juga sangat diperlukan jumlah biaya yang sangat banyak. Serta persyaratan yang tak terjangkau oleh sebagian orang Islam. Oleh karena itu ibadah haji dijadikan sebagai rukun Islam kelima. Dan merupakan kesempurnaan Islam seseorang.
Mengingat sangat mulianya ibadah haji itu, dan balasannya pun sangat besar, yaitu syurga, maka ada beberapa hikmah penting yang bisa diambil dari pelaksanaan ibadah haji tersebut. Pertama: Mengagungkan dan memuliakan asma Allah dan kebenaran ajaran-Nya. Karena sejak berangkat ke tanah suci dan sampai kembali ke tempat tinggal asalnya, mereka selalu mengumandangkan kalimat-kalimat suci yang merupakan jawaban atas panggilan Allah SWT, yaitu ucapan: ‘Labbaikallaahumma labbaik’,
Kedua: dapat meningkatkan ukhuwah islamiyah antara umat Islam sedunia dalam satu kesatuan akidah yang satu dan keterpaduan dalam gerak dan langkah membela seluruh ajaran-Nya. Karena dengan kesatuand an kekterpaduan itu kita akan disegani oleh orang-orang non Islam yang belum mendapat hidayah dari Allah SWT. Dan kekuatan apa pun yang dapat merusak nilai-nilai kemuliaan Islam dapat kita patahkan. Ketika kita umat Islam bersatu-padu dalam menjaga kekompakan, kita akan mampu mempertahankan Islam termasuk melawan rencana jahat orang-orang kafir (Yahudi dan Nashroni), yang akan memadamkan cahaya Allah di bumi persada tercinta ini. Upaya yang mereka (orang-orang kafir) lakukan dalam memusuhi kita memakai berbagai cara seperti dengan penjajahan politik, merebut kekuasaan, menguasai ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Kita umat Islam harus tetap waspada dan mempererat ukhuwah Islamiyah sepanjang masa kapan pun dan di mana pun berada. Allah SWT menjelaskan dalam Al Quran Surah Al Hujurot ayat 10. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara saudara-saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Ketiga: orang yang beribadah haji adalah sebagai tamu istimewa Allah. Sebagai tamu Allah, jamaah haji mendapatkan keistimewaan yang sangat luar biasa, karena mereka merupakan tamu yang sangat agung, sehingga apa pun yang mereka inginkan dan langsung dikabulkan Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Orang-orang yang beribadah haji dan umrah, mereka adalah tamu-tamu Allah SWT. Ketika mereka berdoa kepada-Nya, Allah langsung memperkenankan permintaan mereka. Dan jika mereka meminta ampunan, Allah langsung mengampuni dosa-dosa mereka.” Dan ada satu harapan kebanggaan bagi setiap orang yang melaksanakan ibadah haji, yaitu memperoleh haji mabrur yang akan diberikan balasan syurga oleh Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: “Haji mambrur, tidak ada balasannya kecuali syurga,”
Keempat: Memperkuat ikatan sejarah. Karena ibadah haji merupakan rangkaian sejarah panjang Nabi Ibrohim AS. Ia seorang Nabi yang sangat gigih dalam memperjuangkan penegakan agama Allah di muka bumi ini. Perjuangan beliau sendiri mendapat dukungan penuh seorang isteri yang pula amat taat dan setia kepada suami. Nabi Ibrahim AS selalu siap dan sanggup berkorban dalam rangka menyambut panggilan Allah guna membuktikan kecintaannya kepada ajaran Allah SWT.
Karena itu setelah mengerjakan ibadah haji dan memahami sejarah hidup Nabi Ibrahim AS, seorang muslim semestinya dapat merasakan betapa nikmatnya berjuang untuk menegakkan kebenaran ajaran Allah SWT, dan menyelamatkan semua manusia serta untuk kebahagiaan mereka baik di dunia mau pun akhirat.
Kelima: mendidik kepada orang yang melaksanakan ibadah haji untuk menjadi orang yang berani mati dalam rangka memperjuangkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Dan kebenaran agama Islam serta dia siap mati untuk itu. Sebab kematian itu pasti akan dialami oleh setiap makhluk bernyawa. Sedangkan orang yang melaksanakan ibadah haji paling tidak telah melatih dirinya untuk siap menghadapi kematian. Pakaian ihram dikenakannya merupakan gambaran kain kafan pembungkus mayat. Di samping itu wukuf di Padang Arafah merupakan simbol pertemuan umat manusia di Padang Mahsyar untuk menerima keputusan Allah SWT.
Apakah ia akan masuk syurga atau neraka? Dengan demikian bila seorang haji telah menyadari hal ini, insya Allah dia akan selalu bersikap dan berprilaku yang terbaik. Karena dia selalu terbayang dengan kematian. Sedangkan kematian itu dalam keadaan tunduk dan patuh menjalankan perintah-perintah Allah SWT, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan yang sebenarnya. Firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 102 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah (dalam keadaan Islam)”.
Kaum muslimin muslimat yang berbahagia. Sebagai umat Islam yang ada di berbagai tempat yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, seperti kita ini, namun ada hal yang tak kalah pentingnya bagi kita, yaitu melaksanakan penyembelihan hewan qurban. Penyembelihan hewan qurban itu dilakukan setelah melaksanakan salat Idul Adha sampai tanggal 11, 12 dan 13 dzulhijjah, yang disebut hari-hari tasyriq.
Setiap apa yang diciptakan dan diperintahkan Allah SWT, pasti mempunyai maksud dan tujuan. Baik bagi diri sendiri sebagai pelaku, mau pun bagi orang lain. Dan juga sebagai bukti ketaatan terhadap perintah Allah SWT. Sebagai Sang Penyipta seluruh alam termasuk kita. Dalam pelaksanaan ibadah qurban ini ada beberapa hikmah penting yang dapat dikemukakan, antara lain:
Pertama: Secara etimologi, qurban berarti dekat. Sedangkan menurut terminalogi, qurban adalah memotong hewan ternak seperti unta, sapi, kerbau dan kambing atau domba/biri-biri dengan syarat-syarat tertentu yang dilakukan pada Hari Nahar (Hari Qurban), sampai tanggal 13 Dzul Hijjah, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah yang dilandasi keikhlasan. Dengan melaksanakan qurban sebagai wujud dari ketaqwaan dan keikhlasan terhadap titah Allah akan membawa dampak pada kesadaran yang setulus-tulusnya. Berqurban berarti berupaya menjalankan segala apa yang dititahkan dan selalu menjauhi segala apa yang tidak menjadi kehendak-Nya.
Segala amal perbuatan manusia tergantung pada niat yang terbersit dalam qolbu, sehingga dengan qurban ini manusia terdidik lahir dan batin. Bahwa dalam melaksanakan segala perintah dan kewajiban sudah sepatutnya dilakukan dengan niat yang ikhlas untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Kedua: memperkokoh hubungan seseorang yang melaksanakan qurban dengan ajaran Allah SWT. Sebagaimana arti qurban itu sendiri yang berasal dari kata qoruba (dekat). Dan ibadah ini berarti ibadh yang bisa mendekatkan seorang muslim kepada Allah SWT. Taqorrub ilallaah memang terbukti menjadi sangat penting, mengingat begitu banyaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang berkembang akhir-akhir ini. Sehigga perlu dilaksanakan operasi bersih secara total. Salah satu penyebabnya manusia sudah banyak yang jauh dan meninggalkan perintah Allah SWT. Jauh dari Allah membuat orang tidak merasa dilihat Allah. Sehingga ia merasa bebas berbuat kemaksiatan menuruti hawa nafsu sesuai keinginannya.
Ketiga: Memperkokoh rasa solidaritas dengan sesama muslim. Sehingga dengan ibadah qurban ini seharusnya kesenjangan antara orang kaya dengan yang miskin terhindarkan. Yang senang dengan yang menderita, yang terjajah dengan yang merdeka dapat menikmati hidup bersama-sama secara baik. Kalau kita melihat saat ini banyak sekali masalah yang sedang dihadapi umat Islam. Dan penyelesaiannya memerlukan adanya rasa solidaritas yang tinggi sesama muslim. Begitu banyak masalah dunia Islam sekarang ini yang belum berhasil diperbaiki dan dipecahkan. Karena kurangnya rasa solidaritas sesama umat Islam, muslim yang satu dengan yang lainnya masing-masing saling bermasa-bodoh. Mereka saling tak mau memperdulikan satu dengan yang lain. Bahkan satu negara muslim dengan negara muslim lainnya tidak ada kontak sama sekali tentang nasib yang mereka alami. Sehingga kondisi umat Islam di sebagian negara di dunia ini sangat memperihatinkan.
Keempat: menjadi bukti bahwa orang yang berkurban itu adalah orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apalagi dalam pengorbanan dengan harta, biasanya banyak orang yang merasa keberatan. Karena memang seringkali manusia didominasi rasa cinta yang tinggi kepada harta dan kemewahan dunia. Bilamana dominasi dan kecintaan seseorang terhadap harta telah berhasil diatasi, maka dia akan termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang beruntung. Allah SWT berfirman dalam Surah At Taghobun ayat 16, yang artinya, "Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. Dengar dan taatlah, nafkahkanlah yang baik untuk dirimu. Dan siapa yang dipelihara dirinya dari sifat kikir, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam kaitan dengan perjuangan, kita sangat dituntut memiliki kemauan dan kesanggupan yang luar biasa untuk berqurban dengan harta yang kita miliki. Karena memang perjuangan itu tidak mungkin bisa berhasil dengan baik tanpa adanya pengorbanan. Namun yang dituntut kepada kita bukan besar kecilnya pengorbanan, tetapi berkurbanlah yang sesuai dengan tingkat kemampuan maksimal berlandaskan keikhlasan yang tinggi.
Kelima: ibadah qurban juga dapat dmendidik kita untuk menjadi orang y ang pandai bersyukur kepada Allah SWT. Karena Allah sudah banyak memberikan nikmat-Nya kepada kita yang mustahil dapat menghitungnya. Oleh karena itu kewajiban kita adalah mensyukurinya dengan cara menggunakan seluruh kenikmatan itu untuk mengabdikan diri hanya kepada-Nya. Berqurban merupakan salah satu bentuk perwujudan rasa syukur kita keapada Allah SWT. Dalam surah Al Kautsar ayat 1-3 Allah berfirman, yang artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu adalah dia yang terputus.
Inilah pula yang menjadikan penyebab mengapa orang yang memiliki kemampuan dengan harta, tapi tidak mau berkurban dengan menyembelih hewan qurban diancam Rasulullah SAW dengan tidak boleh mendekat ke tempat salat seperti masjid sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya: Barang siapa yang telah mempunyai kemampuan berqurban, dan dia tidak mau melaksanakannya, maka janganlah dia menghampiri tempat salat kami. (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah. Setelah kita menyadari betapa besarnya hikmah melaksanakan ibadah haji dan ibadah qurban bagi kehidupan seorang muslim, maka sangat penting bagi kita untuk menjadikan kehidupan Nabi Ibrahim AS sebagai contoh teladan dalam kehidupan kita sekarang, terutama dalam
membentuk keluarga Islami yang sesungguhnya.
N Ibrahim AS merupakan figur seorang suami atau bapak yang sangat sulit dicari tandingannya sebagai pemimpin rumah tangga. Beliau tidak sekadar memberi sandang, pangan dan papan bagi keluarganya. Akan tetapi juga yang jauh lebih penting dari itu adalah membentuk karakter keluarga. Ini mengingat keluarga akan melahirkan anak-anak dan generasi yang saleh. Peranan keluarga sangat besar dalam pendidikan anak. Bahkan keberhasilan anak sangat dipengaruhi kondisi keluarga. Dalam hal ini peran seorang ayah dan ibu sangat besar. Terutama dalam mengarahkan generasi yang dilahirkannya.
Siti Hajar merupakan seorang isteri dan ibu idaman. Ia bisa dijadikan figur ibu teladan di zaman sekarang. Bahkan zaman mendatang sepanjang masa. Karena terbukti beliau dengan rela hati dan tabah siap ditinggal suaminya N Ibrahim AS di Baitul ‘Atiq (Mekkah). Baitul ‘Atiq adalah daerah yang sangat gersang dan kosong tanpa penghuni saat itu. Di situ Siti Hajar membesarkan dan mendidik Ismail dengan penuh kasih sayang. Ia mendidiknya dengan Islam dan menanamkan akhlak mulia. Beliau sangat memperhatikan perkembangan fisik dan jiwa Ismail. Sehingga puteranya itu memiliki jiwa yang bersih dan berkepribadian yang mulia.
Kesabaran dan ketabahan Siti Hajar rupanya tak hanya teruji untuk menghuni daerah yang tandus waktu itu. Akan tetapi juga ketika anak kesayangannya Ismail beranjak ke usia remaja, dengan rela hati dia serahkan puteranya harus disembelih ayahnya sendiri N Ibrahim AS, atas perintah Allah. Dia rela dan bahkan amat rela. Sehingga setan yang selalu menggodanya diusir berkali-kali dengan timpukan batu. Perilaku Siti Hajar ini menjadi simbol dalam melontar jumrah di Mina dalam pelaksanaan ibadah haji.
Keteladanan Siti Hajar sangat penting untuk kita ambil pelajaran. Apalagi ada saat sekarang ini di mana ibu-ibu dan kaum wanita banyak kehabisan cara mendidik anak-anaknya, karena terlalu banyak kesibukan di luar rumah. Ismail mserupakan figur seorang anak dan generasi muda ideal. Kesalehannya tak hanya dia dibentuk ayah dan ibunya. Akan tetapi ia memiliki kemandirian sikap. Dalam arti dia ingin menjadi saleh atau baik bukan hanya di depan orang tuanya, tetapi di mana pun berada, bagaimana pun situasi dan kondisinya, dia selalu menjaga kemuliaan keluarga. Sesuatu yang saat ini luntur di kalangan generasi muda kita. Bahwa generasi muda kita kini cenderung berbuat semau-maunya, seenak-enaknya tanpa memperdulikan bahwa perbuatannya itu akan merusak martabat diri dan keluarga.
Generasi N Ibrahim AS adalah generasi yang memiliki kebanggaan yang luar biasa terhadap Islam satu-satunya agama yang benar. Beliau menyatukan sikap dan perilakunya dengan nilai-nilai Islam itu sendiri. Ia memiliki jiwa kritis dalam memahami kebenaran. Sehingga kekritisan terhadap kebenaran yang sudah diyakini makin kokoh di dalam kepribadiannya. Ia memiliki ilmu yang luas dan tak pernah puas dalam mendapatkan ilmu. Ia sanggup menghadapi resiko dari sikap dan jalan hidup yang ditempuh. Bahkan sanggup berkurban dengan segala apa pun yang dimiliki, demi tegaknya nilai-nilai kebenaran.
Dengan memahami keteladanan Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan putera mereka N Ismail AS, bagaimana kita selaku umat Islam zaman sekarang ini bisa mengambil contoh teladan sebagai jalan mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat. Mudah-mudahan Khutbah Idul Adha ini banyak manfaatnya bagi kita semua, demi meningkatkan terus keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dan insya Allah kita semua mendapat izin Allah SWT untuk dapat melaksanakan ibadah haji di kota suci Mekkah al Mukarromah dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di kota Madinah al Munawwaroh. Amin.
*Penulis adalah Ketua Komisi Dakwah MUI Tangsel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar